Selasa, 26 April 2016


Mustahil dalam rumah tangga itu tidak ada cekcok, adu pendapat, selisih paham dan sebagainya. Pasti ada lah ya. Namanya juga menyatukan dua insan yang berbeda baik secara sifat, sikap maupun pemikiran. Kalau toh rumah tangga yang dibina terlihat adem ayem loh jinawi, saya pikir, yang membedakan adalah karena mereka bisa menyikapi segala perbedaan itu dengan bijaksana. Bukan es gois dibalas es gois. Hehehe.

Pernah dulu ada yang nanya di kajian Ahad Pagi. Suami istri berseteru sampai saling ngeludah. Aduh, mak, serius amit! Betewe, udah sikatan belum? :p

Ahad pagi kemarin juga banyak yang curhat, dalam pertanyaan tertulis, soal kondisi rumah tangga mereka. Ada yang suami istri berselisih, saking kebawa es mosi, suami sampai mukul istrinya hingga akhirnya nyeletuk bilang, "cerai!". Jeduarrrrrr!!!!

Setelah amarahnya mereda, suami baru menyesali tindakannya memukul istri, apalagi dia sampai keceplosan dengan satu kata sakti yang bisa merobohkan bangunan pernikahan. Kasus seperti ini bukan satu dua terjadi, melainkan banyak!

Kalau kita pikir-pikir, sebetulnya masalah keluarga itu bermula dari yang sepele lho. Dulu saya pernah berkata, masalah semungil pasir saja bisa berubah ala kesatria baja hitam (#eh) menjadi sebiji kerikil tajam yang siap nyubit telapak kaki kita. Atau dia bahkan bisa berubah menjadi sebongkah batu ukuran sedang yang siap membuat kaki tersandung hingga jatuh tersungkur. 

Inilah rumah tangga. Jika kedua belah pihak gagal menyikapinya dengan kepala dingin, es gois vs es gois, selalu merasa benar etc...siap-siap ada batu jatuh dari gunung. :D

Ayat ini pas banget sebagai pengingat kita kalau lagi kepengen marrrrah-marrrah. "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya..." (QS. Ali Imran 133 - 134)

Kalau suami/istri lagi marah-marah, yang pikirannya lebih longgar ya tidak perlu ikutan marah-marah. Biarkan dia meletupkan es mosinya barang sejenak. Kalau perlu digodain, "cieeee...marah ya? Senyum kek, kakek!" wkwkwk. Atau niruin gaya marahnya dia yang lebih ekspresif lagi. Dijamin ngekek. :D

Nggak ngekek? Malah tambah marah? Hm, itu artinya karena selama ini hubungan yang dijalin semua serba dibikin serius. Nggak pernah saling bergurau. Seolah hubungannya kayak air dan minyak, berdampingan tapi tidak bisa bersatu. Padahal meski berbeda, mereka bisa menyatu andai ada sabun disana. Sabun disini kalau yang lebih gamblangnya adalah agama (Al-qur'an dan Sunnah Rasul).

Makanya, hubungan suami istri itu jangan terjalin kaku bin kelu ala bahasa baku. Mereka yang kaku sebetulnya bisa kok jadi fleksibel, pinter-pinternya kita menjalinnya gimana. Ya, kuncinya memang, saling memahami dan mengerti saja sih.

"Hadehhhh...aku udah berusaha ngertiin dia, tapi apa balasannya? Dia gak pernah ngertiin aku...."

Hehehe, iya sih. Tidak mudah membuat hubungan suami istri yang saling memahami dan mengerti. Tapi konsekuensi dari hubungan ini adalah kita harus bisa menjadi yang pertama untuk memulainya dan jangan sekali-kali mengharap balasan serupa dari pasangan kita. Apalagi suami yang nota bene adalah makhluk paling tidak tanggap dengan perasaan wanita. Tidak tanggap bukan berarti tidak perhatian lho ya.

Lebih baik istri terbuka saja. Jangan ngarep suaminya peka dengan perasaan istri. Kalau ada yang tidak disuka dengan perlakuan suami, mending katakan saja baik-baik. Jangan senjatanya cuman besengut doang, biar suami yang paham sendiri. Sikap terbuka istri untuk mengeluarkan unek-unek hatinya ini juga salah bentuk saling memahami dan mengerti lho. Yang jelas, istri jangan gampang baper disini. Bukan cuma istri yang ingin dimengerti, tapi tabiat suami juga pengen dipahami.

Kalau ini bisa terjalin dengan baik, insyaAllah hubungannya tidak akan seperti mereka yang saya sebut diatas. Kalau lagi marahan, paling hanya saat itu, lalu baikan lagi. Atau malah di tengah ngomel-ngomel dia ketawa karena suami/istrinya godain. Kalau lagi kesel dengan sikap pasangan yang ngeyel saat selisih paham, bukannya marah-marah, malah jadi gemes-gemes nyebelin. Hahaha.

Makanya, dibawa santai sajalah. Jangan dibikin spaneng. Okay...

Suami juga seharusnya berbenah diri, menata hati. Bagaimanapun kalian adalah pemimpinnya keluarga. Jika setiap masalah selalu dihadapi dengan marrrrah marrrrah, entar cepat tua lho! Kalau dulu saya pernah nyetatus di Facebook soal istri yang dikira ibunya suami, kalau keadaannya kebalik gimana? Mau? :p

Padahal kalau lagi marrrrah-marrrah, ngomongnya jadi asal njeplak. Nyeletuk cerai, baru menyesal kemudian. Diajak rujuk, istrinya terlanjur sakit hati. Jadinya, horaaa sudi! :)

Ingatlah, suami, kalian memegang amanah yang sedemikian besar, sebagaimana Allah firmankan dalam QS. At-Taĥrīm ayat 6 yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu..." 

Kalau suami labil, keluarga yang dibina bakal jadi apa hayoo? Jawab sendiri-sendiri. PR di rumah yak! :D

*repost status fb :D
*sumber gambar : google

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf komentarnya saya moderasi. Hanya untuk memastikan ada komentar dan komentarnya sopan. Terima kasih. :)

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!