Senin, 12 Desember 2016




"Siapa ini yang jual?" tanya saya pada seorang anak laki-laki bertubuh mungil, 8 tahun, yang duduk di kursi berwarna putih di sebelah meja untuk jualan bakso bakar, sore itu. Saya tanya begitu karena saya pikir ada ayah atau kakaknya yang jualan. Dia hanya sekadar menunggu, pikir saya.

"Aku." jawabnya sambil berdiri. 

"Oh, kamu yang bakar sendiri?"

"Iya. Mau beli berapa?" tanyanya sembari mengibas-ngibas kipas agar arang kembali memerah. 

"Beli 5 ribu ya."

"Iya. Tunggu sebentar ya. Duduk dulu disini." Tangan mungilnya sigap menggeser kursi putih yang tadi didudukinya untuk didekatkan kepada saya.

"Emang ayah kamu kemana?" tanya saya setelah duduk sembari memangku si kakak yang ikut serta. 

"Lagi istirahat di rumah." Ya, saya tahu, ayahnya ini seharian jualan bakso bakar keliling dari kampung ke kampung dengan motornya. Jika dagangan belum habis, mereka akan gelar lapak di pinggir jalan raya dekat rumah saya. Biasanya yang nunggu anak-anaknya. Dan yang paling rajin adalah anak laki-laki bertubuh mungil yang hingga sekarang saya belum tahu namanya. Ba'da Maghrib, ayahnya yang akan menggantikan.

Hari mulai gelap. Angin berhembus kencang. Tangan mungil itu dengan kekuatan prima terus mengipasi bakso bakar dengan kipas anyaman bambu ukuran besar. Sembari menunggu, ia menyiapkan bungkus dari kertas minyak yang sudah dibentuk mengerucut. 

"Kamu kelas berapa?" 

"Kelas tiga."

Bakso bakar sudah matang. Diangkatnya lima tusuk bakso bakar itu lalu dilumuri saos kacang tanpa saos cabe sesuai permintaan saya di awal. "Makasih ya." ucapnya mengulas senyum. 

Pas di rumah, bakso bakar hasil kipasannya lumayan juga. Untuk anak sekecil itu sudah luar biasa. Saya sedikit maklum meski ada satu tusuk yang agak gosong. Ada pula satu tusuk lain yang isi baksonya lepas satu. Mungkin pas dibolak-balik di tempat bakar tadi ada yang jatuh. 

***

Pernah terpikir? Ibu macam apa yang tega meninggalkan anak semandiri ini hanya karena cinta pertamanya hadir kembali dalam hidupnya? Bahkan, ada sembilan anak lain yang juga ditinggalkannya? Anak terkecilnya malah, ketika ditinggalkan, masih usia batita (sekarang usianya sekitar 5-6 tahun).

Yang saya tidak habis pikir, kesepuluh anaknya sangat mandiri sekali. Mereka semua akrab. Jika orang tidak mengenal mereka, mungkin akan dikira teman sepermainan karena selisih usia berdekatan.



Saat siang hari, sepulang sekolah, mereka akan menjemput neneknya yang berjualan di pasar. Menjemput bergantian. Kadang kakak perempuan yang sudah remaja. Kadang berdua dengan kakak laki-lakinya yang entah nomor berapa. 

Sore hari, kakak perempuan yang sudah SMP naik motor dengan membawa bronjong berisi barang dagangan bakso bakar untuk dijajakan di pinggir jalan raya Sragen - Ngawi. Mereka sering berjualan bertiga. Terkadang hanya salah satunya.

Pernah satu ketika karena langit terlihat mendung, ia dan kakak laki-lakinya (yang sepertinya hanya selisih 2 tahun), terpaksa mengemasi barang dagangannya. Saya yang hendak membeli bakso bakar hanya bisa menelan ludah saat melihat mereka berdua berjalan kaki membawa tas berisikan bakso bakar ke arah jalan kampung. Manik mata saya terus mengamati mereka. Terutama anak laki-laki mungil itu.

Saya terpana. Tangan mungilnya tampak keberatan menenteng tas anyaman warna biru muda itu. Sesekali ia letakkan di jalan, istirahat. Lalu ganti tangan kirinya. Kakak laki-lakinya yang tubuhnya tidak sekurus adiknya, sigap menenteng satu tas anyaman dan satu box ukuran sedang.

Ah...lagi-lagi saya tak kuasa membayangkan, ibu macam apa yang sampai hati meninggalkan mereka yang bagi saya, sangat luar biasa. Meski saya tak mengenalnya, saat berpapasan di jalan, mereka--siapapun diantara mereka--akan menyapa saya atau sekadar melayangkan senyum. Kata tetangganya, mereka ini juga nrimo sekali dengan keadaan mereka. Apapun yang dimasak neneknya tetap lezat bagi mereka. Mereka akan menyantap makanan bagaimanapun lauknya. 


Sudah beberapa bulan ini mereka tak lagi jualan bakso bakar di pinggir jalan raya. Mungkin pasarannya kurang bagus. Padahal saya hanya beli bakso bakar milik ayahnya yang terjamin kehalalannya. 

Karena kurang laku, ayahnya kini berjualan bakso kuah keliling. Dalam hati saya berdoa, semoga dagangannya laku. Semoga Allah memberi kelancaran rezeki bagi mereka. Rezeki yang berkah karena ia harus menghidupi kesepuluh anaknya.

Anak pertamanya sudah lulus SMA. Mungkin usianya kini sudah 20 tahun. Entah kerja atau kuliah, saya kurang tahu pasti.

Semua anaknya ikut ayahnya. Dulunya mereka tinggal di Sumatra. Setelah ibunya lari dengan laki-laki lain--yang katanya cinta pertamanya--mereka pulang ke rumah neneknya di Sragen, Jawa Tengah, dekat tempat tinggal saya.



Ah, cinta pertama. Betapa banyak orang yang mudah terlena saat cinta pertama--yang dulu tak jodoh, hadir kembali dalam hidupnya.

Seperti si A, yang selingkuh dengan cinta pertamanya dan menjalani hubungan tanpa ikatan pernikahan. Bahkan si B, yang rela mendedikasikan rahimnya untuk dihuni janin hasil perzinaan dengan cinta pertamanya yang sudah menikah dengan yang lain. Katanya, untuk kenang-kenangan dan buah hatinya sebagai bukti cinta diantara mereka. Na'udzubillah min dzalik. Betapa cinta membutakan mereka. Cinta atas dasar nafsu. Cinta yang disisipi rayuan-rayuan syaitan. Dan mereka pun terlena hingga berbuat kemaksiatan.

Inilah mengapa cinta dalam pernikahan itu seharusnya tumbuh, bukan jatuh. Jika jatuh, maka benih cinta boleh jadi jatuh di tempat sembarangan. Mungkin ia tidak bisa tumbuh dan menjadi benih yang mengering. Mungkin juga bisa tumbuh, tapi tumbuh di lahan yang tidak tepat. Tanpa dirawat. Tumbuh sesukanya. Semaunya. Tidak ada aturan, kapan ia disiram, kapan ia dipupuk dsb. 

Lain jika pernikahan yang dijalani karena mengharap ridha Allah. Benih cinta akan tumbuh subur seiring perjalanan waktu karena terus dirawat dengan tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah Rasul. Sekalipun awalnya tak saling mengenal (karena mereka bukan penganut pacaran sebelum menikah), tapi ini tak menjadi soal. Karena Allah akan tumbuhkan cinta dan kasih sayang diantara mereka sebagaimana firman Allah SWT yang artinya, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (QS. Ar-Ruum 21)


Tanpa banyak kata, saya doakan, semoga anak-anak ini tumbuh menjadi anak yang shaleh dan shalehah. Mereka bisa menjaga akhlak mereka. Tetap berjiwa qana'ah. Teguh memegang prinsip. Dan tercapai cita-cita mereka. Amiin.

Categories:

24 komentar:

  1. Sedih aku bacanya mba.. Kebayang anak sendiri yg hrs kerja keras begitu :(. Untuk ibunya, cuma bisa speechless. Udh punya anak 10, tp msh kepjkiran lari ama cinta pertama??? Emangnya......ah sudahlah.. Ntr aku dikira bawa2 fisik lagi :D. Tp buat ibu yg seperti itu moga sadar ya, anak2 seperti apa yg dia udh tega tinggalin :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba...semoga dia lekas sadar. Minimal dia bisa jadi ibu yang bertanggung jawab untuk anaknya dari suami yang sekarang (mereka sudah menikah dan punya anak juga).

      Hapus
  2. Sulit dipercaya tapi memang itu ada, mba. Dan itu pun ada yang melakukan tapi bersikap apa yang mereka lakukan itu tak salah :(

    BalasHapus
  3. Sedih aku bacanya.. membayangkan anak-anak itu harus berjuang sendiri di usianya yang masih kecil-kecil, tapi bisa kukatakan bahwa ayah mereka adalah ayah yang hebat. Semoga Allah melimpahkan rejeki yang berlimpah untuk keluarga besar mereka. Aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin mbak. Iya, ayahnya memang luar biasa. Dia sangat sayang pada anak-anaknya. Pernah lihat saat anaknya minta dibelikan minyak wangi, dia langsung beliin. Bahkan nanya lagi, mau beli apa lagi? Dengan nada yang halus. :)

      Hapus
  4. Kok bisa? Anak udah 10 gitu loh. Masih dtinggal juga. Hihihi. Sy aja anak 2 mau ditinggal kerja kok ga rela -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak. Hanya pisah dua jam saja rasanya berat sekali. :)

      Hapus
  5. Aamiin semoga anak2 itu tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan bermanfaat dan usaha ayahnya sukses sll aamiin . Sedih membayangkannya hanya demi cinta yang belum tentu teganya meninggalkan 10 anaknya :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin mbak. Saya nggak tahu apakah anak2nya ini dendam dengan ibunya. Semoga saja tidak. Karena dendam justru hanya membuat hati makin sakit. :)

      Hapus
  6. Aamiin. Ya Allah... turut mendoakan utk anak2 tersebut

    BalasHapus
  7. Ih.. Ibu macam apa itu..
    Semoga si ibu cepat sadar.. Kembali ke anak2 dan si bapak..

    Aku gak tega bacanya.. Bacanya gak sampe selese.. Udah "mrebes mili" duluan.. Hikz hikz..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ibunya sekarang sudah nikah dengan cinta pertamanya itu mbak. Udah punya anak dan tinggal di sumatra.

      Hapus
  8. Teganya ya mbak..
    Tpi mirip sama kluarga suamiku mbak. Dia 5 bersodara juga gitu..ikut bapak semua. Ibu nya dengan cinta pertama. Tapi sekarang posisinya si ibu kembali mencari dan ikut anak2nya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pada akhirnya kembali nyari keluarganya yang dulu kan mbak. Emang itu hanya keindahan semu yang melenakan.

      Hapus
  9. Gila tp nyata... temannya mamaQ juga mengorbankan rumah tangganya utk mantan... pdhl umur sdh tdk lg muda, hidup sdh mapan, anak2 sdh mulai dewasa... tp dgn teganya dia berselingkuh dengan mantan.... Na'udzubillah min dzalik...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hadehhhh...naudzubillah mindzalik mbak...emang kalau manusia sudah gampang kena tipudaya syaitan, kelar sudah.

      Hapus
  10. Saya yakin seyakin yakinnya kalo kehidupan baru si ibu itu ga bahagia, ga berkah, ga tenang dan ga diridhoi oleh siapa pun. Dan saya juga yakin seyakin yakinnya kalo anak anak itu kelak jadi orang yang bermanfaat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin mbak. Pasti hidupnya nggak akan tenang mbak dan jelas nggak akan berkah. :)

      Hapus
  11. Ya Allah, sedih banget saya bacanya Mbaa :(
    saya juga ibu yang tinggal jauh dari anak untuk bekerja :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh, pasti jadi sedih banget ya mbak. Ibu manapun pasti akan berat meninggalkan anak-anaknya meski hanya hitungan jam. Kalo ibu yang diatas, saya sangsi kalo dia ini ibu. :)

      Hapus
  12. semoga anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah..........

    BalasHapus

Mohon maaf komentarnya saya moderasi. Hanya untuk memastikan ada komentar dan komentarnya sopan. Terima kasih. :)

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!