Senin, 20 Maret 2017



Apa perasaan ibu jika anaknya baru bisa jalan di usianya yang sudah melewati umur 16 bulan? Bahkan teman sebayanya sudah bisa berlari kecil, sementara anak kita masih rambatan atau kadang sesekali merangkak? 

Oke, bagi ibu yang paham ilmu--biarpun si kecil sudah berumur 16 bulan tapi belum kunjung berjalan--tidak akan menjadi soal. Karena tahap perkembangan anak bisa berjalan itu normalnya dari umur 12 - 18 bulan. Termasuk saya juga tenang-tenang saja meski tetap berusaha saya stimulus karena saya pernah baca artikel ang menjelaskan bahwa anak umur 15 - 18 bulan yang belum bisa berjalan itu masih dikatakan normal namun kurang optimal, karena kemampuan motorik kasar dan kemampuan keseimbangannya kurang begitu baik. Pada anak seperti ini perlu intervensi atau stimulus ringan agar perkembangan motorik dan vestibularis (keseimbangan) lebih baik.

Bagaimanapun milestone setiap anak itu berbeda-beda. Tidak pas saja kalau ada ibu atau neneknya membanding-bandingkan dengan anak atau cucunya karena lebih dulu bisa berjalan bahkan sebelum genap umur 1 tahun.


Saya harus mengungkap apa yang saya alami saat anak kedua saya (cowok) harus dibanding-bandingkan dengan anak saudara atau tetangga yang milestone-nya lebih cepat ketimbang putra saya. Andai saya bersumbu pendek, mungkin akan langsung meledak. Atau minimal saya baperan, lalu sakit hati kemudian sampai kurang percaya diri ngajak anak halan-halan cantik di luar rumah. Untungnya saya santai saja menghadapi komentar-komentar mereka.

Jujur, mulanya saya juga sedikit tersinggung saat mereka keheranan lalu mencoba membandingkan atau berkomentar yang tidak mengenakan sampai ada yang nyaranin untuk diterapi. Tapi saya memilih tidak memasukkannya sampai ke hati. Ini demi kebaikan saya sebagai ibu dan juga anak saya. Bagaimanapun seorang ibu harus kuat agar anak-anak mereka tumbuh menjadi anak yang tangguh nantinya.

Saya baik sangka saja. Barangkali itu bentuk perhatian mereka, walaupun sejujurnya kalau diambil hati memang kadang ada yang nyakitin juga. Hihihi.

Saya mencoba berpikir positif. Saya juga tidak mau menduga-duga ketika ada segerombolan ibu berbisik-bisik mengomentari anak lelaki saya yang kala itu masih merangkak, padahal teman sebayanya sudah bisa berjalan sejak lama. Entah apa yang mereka katakan, saya tidak ingin menajamkan indera pendengaran saya untuk tahu lebih lanjut.

Ternyata sikap seperti ini sangat membantu sekali agar kita tidak mudah baper dengan komentar mereka. Beruntunglah saya dianugerahi suami yang selalu siap sedia menjadi pendengar dari setiap curcolan saya. Bukannya spaneng, kita malah jadikan komentar mereka untuk bahan guyonan. :D



Saya harus paham dengan tipikal orang-orang yang senang berkomentar tak tahu tempat ini. Ya, orang-orang seperti ini memang hobinya nyinyirin orang, mau gimanapun kondisi kita.

Dulu, si kakak yang sudah bisa berjalan di usianya yang baru menginjak 11 bulan saja juga tak luput dari hadangan komentar orang. Karena perkembangan motorik kasarnya yang lebih dominan, kemampuan berbicaranya jadi sedikit lebih lambat dari teman seusianya. Sebetulnya jika bersama saya, ada beberapa kata yang bisa dia ucap. Namun saat bersama teman-temannya, bahasa yang digunakan kebanyakan bahasa planet. Karena inilah, saya sering dituduh kalau saya tidak pernah ngajakin ngomong anaknya. Olala. Masa' iya punya mulut mingkem mulu? Padahal saya tergolong emak cerewet lho. :D

Ah, ya sudahlah. Tidak akan ada habisnya jika kita mendengarkan komentar mereka yang tidak paham keadaan ini. Yang ada justru malah makin bikin hati jadi gondok. Iya kan?

Ketika saya bisa santai, berpikir positif dan tidak mudah baperan, ternyata tanpa terasa anak saya pada akhirnya bisa berjalan sendiri di usia 16 bulan 21 hari. Alhamdulillah.

Agak sedikit lama memang. Tapi hikmahnya, saya merasa anak saya masih kayak bayi karena kalau pergi keluar rumah terpaksa harus digendong. Ya, walau lumayan pegal juga sih. Tapi kalau kita nyantai, dijalaninya ya oke-oke saja. :D
Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!