Sabtu, 24 Desember 2016

Inilah 15 kesalahan yang sering dilakukan orangtua pada anaknya :

1. Bohong


Entah sudah kali berapa ketika saya mendapati ibu-ibu yang menakuti anaknya dengan berbohong.

"Adik, jangan ke situ. Di situ ada tikus lho. Tuh, ada tikus!" Padahal nggak ada tikusnya.

Ketika jajan minta sesuatu. "Jangan beli yang itu. Itu makanan beracun." Padahal? Bakalan kena sidak kalau ada pedagang jual makanan yang mengandung racun.

Mungkin mikirnya anak sekecil itu belum paham seandainya kita terangkan pada mereka sejujurnya.
Padahal eh padahal, mereka anak yang pintar dan kritis lho, Bun. :)

2. Janji Palsu

Anak nangis minta dibeliin sepatu kayak punya temannya. "Iya. Besok ibu beliin kalau kita ke mall. Yang lebih bagus malah."

Pas ke mall, anak nagih, nggak dibeliin. Padahal janji tetaplah janji. Kan, janjinya kalau ke mall bakalan dibeliin sepatu yang lebih bagus dari temannya. Ayo, Nak, tagih terus janjinya! :p

Kalau memang tidak sanggup menepati, ya jangan menebar janji. Jangan dikira mereka nggak bisa kita ajak negosiasi. Bisa kok, Bun. Mungkin kitanya yang nggak sabaran menghadapi ketantruman mereka. Atau kita terlanjur melabeli mereka sebagai anak yang sulit diberi pengertian.


3. Labelling

Ini juga yang sering dilakukan para orangtua. Saat kita lelah, kita bisa saja nyeplos melabeli anak dengan sebutan buruk.

"Kamu tuh ngeyelan."

"Anak nakal!"

Bahkan...

"Bodoh..."

Ah... Jaga mulut, jaga mulut, jaga mulut. Plester mana plester?

4. Tidak menghargai yang dilakukan anak

Saat anak ingin mandi sendiri. "Biar ibu yang mandiin, nanti ndak bersih."

Saat anak ingin pakai baju sendiri. "Biar ibu yang pakaiin. Kamu nggak bisa."

Saat anak ingin makan sendiri. "Biar ibu yang suapin. Nanti lantai kotor."

Saat anak diam-diam sisiran sendiri, terus ditunjukin ke ibunya kalau dia bisa sisiran sendiri. "Apaan? Rambut masih awul-awulan gitu. Sini ibu sisiran lagi."

Dia butuh diberi kesempatan, Bun. Dia juga ingin dihargai. Dia sungguh menanti pujian dari orangtuanya. Dan betapa bahagianya jika kedua orangtuanya terus menyemangatinya. :)

5. Mengancam

Saat anak tidak patuh, orangtua biasa main ancam.

"Kak, cepat mandi!"

"Entar dulu." Masih asyik main gadget.

"Buruan mandi. Kalau enggak, mama bakalan buang HP-nya ke kloset. Kakak nggak bisa main HP lagi, gimana? Mau?" Gertaknya.

"Iya. Entar. Dua menit lagi."

"Mama hitung sampai lima. Lebih dari hitungan ke lima belum ke kamar mandi, mama bakalan buang HP-nya ke kloset. Satu, dua, tiga..." Sudah lebih dari hitungan kelima, anak belum beranjak. HP-nya beneran dibuang ke kloset? Eman-eman lah.  Tuh, kan? Pakai ngancem nggak tahunya malah bohong?

6. Nyalahin benda mati yang nggak tahu apa-apa

Anak jatuh ke lantai. Nangis. Ibunya sok ngintrogasi pelakunya. "Duh, sakit ya? Siapa yang nakalin? Ini ya?" Sambil nunjuk lantai, lalu sok main toyor ke lantai. "Uhh, nakal ya."

Anak kejedot tembok. Nangis. Lagi-lagi si tembok yang nggak tahu apa-apa kena timpuk tangan emaknya.

Ah, kenapa nggak ditonjok sekalian, Bun? Tonjok betulan ya, jangan akting. Biar greget.

Apaan letoy gitu? Kurang keras. Lagi! Lebih keras! :p

7. Baby talk

Ini yang ngajarin siapa, yang diajarin juga siapa. Kenyataannya kebalik kan? Ortu kalau ngajakin ngomong ke bayi kebanyakan pakai gaya bicara ala-ala bayi. Dicadel-cadelin. Dimonyong-monyongin. Terutama simbah nih. Herannya, ibunya yang suka nganggep aneh, lha kok keceplosan niru pakai logat baby talk juga.

Mungkin inilah awal mula bahasa alay muncul kali ya? :p

8. Bawaannya amnesia kalau ngeliling bayinya

"Ini ciapa cih?" Udah baby talk, masih nanya siapa ke anak yang dilahirinnya. Amnesia? :p

"Ciapa cih? Adek Cipa ya?" Udah tahu anaknya namanya Shifa, eee...lha kok dicipa-cipain. Pantas saja kalau besar nanti, dia nggak bangga punya nama Shifa. Maunya dipanggil Shivanili. Dan bawaannya suka 'amnesia' kalau pas jalan sama teman, nggak sengaja ketemu emaknya yang jualan cireng keliling.

9. Main tuduh

"Dek, sisir Mama kamu taruh dimana?" Sambil nyari ke meja rias. "Kamu sih, apa-apa buat mainan. Bedak Mama buat mainan. Deodoran. Lipstik. Apalagi?" Ngomelnya sudah kemana-mana.

"Hadehhh...dimana sih? Kamu taruh ke mana sih, Dek?" masih sambil nyari sisir. Padahal ada di kasur. Tadi mau sisiran, nggak jadi karena ada telepon. Yang naruh? Ya, emaknya. Dan anaknya yang jadi tersangka. Gini saja, suka gengsi kalau harus ngaku dirinya yang teledor naruh sisir. Apalagi minta maaf.

10. Biar anteng, dipegangin gadget, ditontonin tipi

Padahal gadget dan televisi sesungguhnya si perusak mental anak kalau tidak didampingi dan dibatasi. Misal sudah dipilihin acara yang mendidik dan aman untuk usianya atau gadgetnya pun aplikasinya memang adanya yang edukatif, kalau berlebihan kan nggak bagus. Kreativitas anak kurang, mungkin bisa speech delay (untuk anak usia batita), kontrol emosi rendah, bahkan jika sampai kecanduan.

11. Menanamkan belief yang salah

Pernah pas ada anak kecil, keponakan saya nangis karena tabrakan sama cucu seorang nenek. Si neneknya berusaha menenangkan dengan menakut-nakuti hal yang jadinya malah fatal.

"Udah diem. Nanti kalau nangis, puasanya batal lho." Duh, anak kan bisa memahami hal yang salah, kalau nangis bisa membatalkan puasa. Padahal kan enggak.

"Bener kan Mbak?" Tahu saya lewat, si nenek nyari orang buat meyakinkan apa yang dia bilang.

"Ohhh....enggak kok. Nangis nggak batalin puasa." Hahaha, batinnya mungkin sepet banget kali ya. Ada orang yang berani nyangkal, apalagi si nenek jadi mati kutu di depan cucu dan anak tetangganya.

12. Nggak sabaran ngadepin tangis anak

Tangis adalah cara anak kecil meluapkan emosinya saat keinginannya tidak terpenuhi. Tangis akan jadi senjata jika tiap apa yang dia mau, lalu nangis, langsung dituruti. Padahal kan enggak semua harus dituruti. Kalau toh dituruti, nggak harus hari ini juga. Maka penting sekali bagi orangtua untuk melatih si kecil mengontrol emosi, ajari anak menunggu dan berikan pengertian saat yang dia mau tidak (belum) bisa dituruti.



13. Overprotektif

"Dek, jangan main ke situ, nanti jatuh."

"Dek, jangan pegang itu nanti kotor."

"Awas, jangan mainan kayu nanti keculek (kena mata)."

"Dek, nanti kejedot. Dek, nanti kegunting. Dek, nanti kepleset. Dek..."

Ini salah, itu salah. Ini nggak boleh, itu juga nggak boleh. Batin anaknya, "Terus aku kudu piye?"

14. Nggak ngasih kesempatan anak untuk menyelesaikan masalah sendiri

Saat ada PR di sekolah, anak nggak bisa ngerjain, ibunya yang nyelesain. Sampai-sampai tiap ada PR, selalu ayah ibunya yang ngerjain. Buat orangtua, lebih baik PR betul semua, anak nggak dimarahin, ketimbang soal ada yang salah dan nanti kena ejek temannya.

Pas anaknya dicuekin saat main sama temannya saja sudah tersinggung. Langsung jemput anaknya. "Lain kali nggak usah main sama dia. Toh, kamu cuman dicuekin gitu." Dicuekin saja reaksinya begini, apalagi kalau kena bully?

15. Selalu merasa benar

Orangtua bisa saja salah atau keliru. Namanya juga manusia. Kalau tahu salah, biasanya dia masih bisa ngeles. Mikirnya masih anak-anak. Padahal kan anak-anak kan kritis-kritis. Hihihi.

Pinter nasihatin, tapi dilanggar sendiri. "Jangan nonton tipi, waktunya belajar." Mereka malah tetap nonton tipi tapi nyuruh anaknya belajar.

Pas anaknya pulang dari main di kebun langsung dimarahin habis-habisan. Saat tahu anaknya bawa sarang lebah, amarahnya makim menjadi-jadi. "Kayak gitu dibawa pulang, entar kamu disengat lebah gimana?"

"Lebahnya nggak ada kok, Pak. Ini enak. Coba bapak rasain."

Pas dirasain. "Oh, enak ternyata." (Ini nggak ngayal lho. Yang ngalamin yang nulis sendiri).

Inilah BunYah kece, kesalahan yang sering kita lakukan dalam mengasuh anak-anak kita ternyata luar biasa banyak. Kalau diterusin lagi mungkin udah kayak oloran kabel. So, BunYah, mari kita introspeksi. Terus belajar. Dan perbaiki diri. Semoga kita bisa menjadi orangtua yang mampu membentuk generasi shaleh/ah sehingga tidak timbul penyesalan di kemudian hari. Tidak ada kata terlambat untuk berubah. Lakukan semaksimalnya, dan mulailah dari sekarang. :)

*tulisan ini sudah saya lempar duluan di facebook. Biar bisa dibaca setiap saat, saya posting juga disini. :)
Categories: ,

5 komentar:

  1. aku malu.... msh sring baby talk ke anak -__-. kdg saking gemesnya dgr si baby ngoceh2 gitu sih mbak.. :D.. tapi abis baca ini, iya deh kyknya memang hrs distop dari skr :)..

    tapi kalo yg lainnya , trutama janji palsu dan bohong aku berusaha banget utk ga ngelakuin mbak.. soalnya aku g mau, dari situ anakku malah jd pembohong dan ga nepatin janji nantinya.. kalo memang aku janji mw memberi sesuatu, ya pasti akan aku usahain :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyup mbak... Ini juga buat nasihat pribadi. Hihihi... Kadang juga keceplosan pake gaya baby talk. :D

      Hapus
    2. Iyup mbak... Ini juga buat nasihat pribadi. Hihihi... Kadang juga keceplosan pake gaya baby talk. :D

      Hapus
  2. duh, saya masih sering janji palsu ke anak Mbaa, huhuuhu :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terkadang ibu juga keceplosan mbak. Termasuk keceplosan janji palsu juga. :D

      Hapus

Mohon maaf komentarnya saya moderasi. Hanya untuk memastikan ada komentar dan komentarnya sopan. Terima kasih. :)

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!