Senin, 20 Juni 2016


Sumber gambar: tempo.co, edit by me

Beberapa waktu lalu, tepatnya ba'da Maghrib sebelum puasa pertama, seorang ibu muda tiba-tiba dihadang dengan sebilah pisau oleh seorang pria saat tengah membuka kios. Ibu satu anak ini biasa mengantar barang dagangan ke pasar di jam-jam seperti ini.

Mirip adegan di sebuah sinetron, pria itu melingkarkan tangannya yang tengah memegang pisau ke leher ibu berjilbab itu. Lalu ia telentangkan ibu itu ke tanah. "Serahkan hartamu!" pekiknya.

Spontan ibu muda itu menangkis tangan pria samar-samar itu. Cresss... Jari telunjuknya sedikit teriris. Rupanya di tempat ia mengaji, ibu ini diajari karate. Dengan sigap, ia tendang pria itu. "Tolong...tolong...!!!" teriaknya keras-keras. 

Pria yang mulanya hendak mencuri motornya itu langsung panik. Ia ngibrit lari ke lorong pasar, keluar lewat pintu samping, arah jalan raya. Sayang, mas yang jualan hik di depan pasar kehilangan jejak saat hendak mengejarnya.

Kejadian ini tentu membuat heboh antero pasar Paldaplang, Sragen, esok harinya. Pasalnya, baru kali ini ada orang jahat yang berani nodong pakai pisau. Maling banyak. Tapi kalau nodong, ya baru kali ini. Padahal sebelum ada kejadian ini, saya dan dua anak saya biasa lewat di gang pasar bila ingin membeli sate ayam di pinggir jalan raya. Pun saat sudah remang pun, saya cuek saja lewat sini. Ya, karena jalannya halus, lain jika memilih jalan lain, terkadang anak saya akan kesandung karena ada batu di sana-sini.

Saat lewat jalan ini, sesungguhnya saya juga membayangkan. Bagaimana jika ada orang jahat, iseng, atau gila yang menghadang kami? Ternyata bayangan saya dialami oleh ibu lain. Setelah kejadian ini, suami langsung ngelarang saya lewat jalan ini. Mungkin saya berani menghadang mereka (serius? :p), tapi karena ngegendong si kecil, akan dikemanakan bocil-bocil ini saat emaknya tengah bertempur melawan si orang jahat, iseng atau gila ini? :D

Lain cerita dari emak kalem, tetangga saya. Satu hari, ia beli tahu ke tetangga samping rumah. Ini sebetulnya yang jualan istrinya, tapi saat itu yang melayani suaminya. Pria tua yang saya taksir usianya sudah 65 tahun itu rupanya termasuk kakek-kakek kegatelan. Masa' iya ngasih uang kembalian saja tangannya ngelus-ngelus punggung tangan si emak berjilbab ini. Dan kagetnya lagi, tangannya sekilat langsung meraih bagian (maaf) dada emak satu anak ini. Kontan ia pucat pasi. Dua kakinya langsung lari keluar rumah sembari menahan tangis. Sehabis di rumah, ia ngadu ke suami. Dan sukses bikin suaminya ngasih hadiah pukulan keras ke simbah nggak tahu diri itu. Good job! :D

Andai itu saya, mungkin kakek mesum ini sudah babak belur. Hahaha. Yang saya herankan, si emak ini jilbabnya nggak mini lho. Pakaiannya juga nggak mepet. Dia kalem pula. Kok bisa-bisanya si kakek ini masih kegatelan juga?

Saya pernah nyenyumin kakek bertubuh pendek ini. Ya, itung-itung sebagai sapaan karena masih tetangga. Oh, no! Dia membalas dengan senyum menggoda. Saya baru ingat dengan cerita si emak kalem itu. Allahu Rabbiy... Umur tua ternyata tak cukup mampu membuatnya insaf. :(

Dari dua kejadian ini, rasanya penting sekali bagi seorang emak erte belajar ilmu beladiri, entah karate, entah taekwondo, atau apalah namanya. Cuman yang jadi hambatan bagi seorang emak erte adalah; waktu dan tempat!

Ya, secara doi sudah dibuntuti bocil-bocil. Kalau diajakin sekalian? Yakin nih, nggak rewel? Apalagi kalau saya, anaknya belum genap sepuluh bulan, bisa repot ini. Hihihi.

Sumber gambar : ummi online


Tapi seenggaknya saya bagikan beberapa cara agar kita, para emak erte ini, aman dari gangguan mereka.

Pertama, jaga tutur dan sikap. Jangan sampai tutur, sikap dan perilaku kita mengundang mereka yang lain jenis buat ngegodain emak-emak erte macam kita. FYI, mahmud sekarang malah kayak jadi kembang lho! :D

Kedua, kenakan pakaian yang lebar. Jangan pakai baju yang mepet, yang bentuk lekuk tubuhnya kelihatan. Biar sudah berjilbab, tapi kalau yang dikenakan serba mepet tur mini? Ini juga mengundang dari hal-hal yang nggak kita inginkan lho. :)

Ketiga, tunjukkan kalau kita seorang emak tangguh, jangan perlihatkan kelemahan kita. Saya mensinyalir, kenapa si emak kalem yang bahkan pakaiannya saja tidak menggoda, diganggu oleh si kakek hidung belang itu. Ya, sebabnya karena ini. Karena kelihatan lemah, makanya mereka berani ganggu. So, tunjukin kalau kita emak tangguh!

Keempat, belajar dari film action atau laga juga boleh. Saya pernah narik kerahnya copet setelah sebelumnya tangan saya tak sengaja bersentuhan ketika akan mengecek HP di dalam tas. Inspirasi saya ya di film action. :D Sewaktu kecil dulu saya memang senang main silat-silatan dengan teman-teman saya, efek nonton karate di pinggir kali pas sore hari. Jadi kalau ada orang jahat atau iseng? Hap, hap, hyakk! (Kok, malah kayak nangkep cicak? :D) FYI ya, Mak. Pas saya narik kerah si pencopet ini rupanya menginspirasi teman Facebook saya yang niru gaya saya. Kalau saya bilang, "Mana HP-ku?", dia bilang, " Mana dompetku?" Padahal si emak erte ini sebetulnya nggak yakin amat kalau dia copetnya. Berkat keberaniannya narik kerah bajunya, dompetnya tetiba jatuh sendiri. Prok...prok...prok, tepuk tangan dong buat emak-emak erte ini! :D

Kelima, ikut kursus beladiri. Kalau seumpama di lingkungan dekat tempat kita tinggal ada kursus macam ini, nggak ada salahnya ikutan. Minimal ilmu dasarnya kita dapat. Syukur-syukur yang biayanya murah (maklum, emak perhitungan :D). Mupeng berat deh, dengan emak yang berani nangkis pisau karena doi diajarin ilmu beladiri dari tempat pengajiannya. Coba kalau di tempat pengajian saya ada. Mungkin bisa diusulkan kali ya. Kan, emak erte juga riskan diganggu oleh orang jahat, iseng atau siapapun mereka.

Oke, segitu dulu dari saya. Minimal empat poin diatas kalau kita lakukan, insyaAllah bakal aman. Baiknya lagi kalau poin lima juga dikuasai. Cuman repotnya kalau lagi gendong si kecil. Hm, mungkin bisa kita umpetin dulu di balik tembok kali ya. :D

6 komentar:

  1. Betul Mak, penting banget ilmu bela diri. Minimal basic ya, seperti yang Mak ceritain ngikut dari tivi. Soalnya kalau ga waspada bisa2 jadi korban. Nauzubillah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mak. Apalagi sama kakek-kakek hidung belang itu. Jadi geram deh.

      Hapus
  2. Kayaknya gak cuma emak emak mbak, anak perempuan sekarang dr kecil kudu dikenalkan bela diri juga, kejahatan jaman sekarang gak main-main seremnya..

    Btw, itu kakek kakek kok ya gak ada sungkan sama tetangga sendiri ya? Kayaknya lagi puber kesekian sampe lupa diri, haha

    BalasHapus
  3. Wah, kalau mereka mah kudu banget, mbak. Kalau emak erte mungkin mikirnya, "Ah, toh udah emak-emak?"

    Iya, tuh! Kalau lihat si kakek ini, apalagi kalo disenyumin malah balas senyum menggoda malah jadi ilfil sendiri. Hihihi. Itu rumahnya sampingan lho, mbak. Ngeri kan? :)

    BalasHapus
  4. jangankelihatan lemah, hemm menarik itu mbak. kalau saya udah ketakutan bahkan untuk teriak saja berat rasanya mulut ini. tapi,meski kita memang lebih lemah fisiknya di banding lelaki, tetap harus nunjukin kalau kita kuat ya mbak. dicoba deh

    kalau bela diri, saya nggak nemu di daerah saya latihan seperti itu untuk IRT.. mana daerah rumah saya rawan begal juga, waduh, hanya waspada dan berlindung sama ALlah saja yg bisa dilakukan. makasih buat tipsnya mbak, salam kenal :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, kudu belajar itu, mbak. Minimal dari film mungkin. Hihihi. Ya, semoga tetap dalam lindungan Allah SWT. Amiin. :)

      Salam kenal juga, mbak. :)

      Hapus

Mohon maaf komentarnya saya moderasi. Hanya untuk memastikan ada komentar dan komentarnya sopan. Terima kasih. :)

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!