Sabtu, 14 Mei 2016



"Dia nakalin adiknya nggak sih?" Pertanyaan serupa ini sering ditanyakan oleh mereka saat saya mengajak anak-anak keluar rumah. Wajar mereka kepo soal ini, karena selisih si kakak dengan adiknya lumayan dekat, hanya dua tahun delapan bulan.

Ya, alhamdulillah dia berkembang menjadi seorang kakak yang pengertian, tanggap dan sayang dengan adiknya. Bahkan dia sangat bisa diandalkan untuk membantu bundanya saat sibuk ngurusin adiknya. Misal, dia bantu ambilin celana di lemari, naruh celana yang diompolin ke tempat cuci, ambilin telon, bedak dan sebagainya. Dan bangganya lagi, tanpa diminta pun, terkadang dia sudah berinisiatif sendiri. Bahkan sampai rempong milihin baju yang dipakai buat adiknya. Hihihi.

"Ah, itu karena dia perempuan. Wajar kalau dia sayang adiknya," ada juga yang menyanggah, alasan kenapa anak saya jadi kakak super perhatian seperti ini.

"Waduh, nggak ngaruh itu. Anakku yang perempuan saja dia nggak mau ngalah dengan adiknya. Nakalin adiknya. Bahkan, sampai adiknya diseret-seret," ada ibu muda ikut nimbrung.

Cemburu dengan adiknya memang wajar terjadi pada anak-anak kita. Bukan hanya mereka yang selisih umurnya dekat, dengan mereka yang berjarak agak jauh pun bisa juga cemburu pada adiknya. Hanya bedanya jika si kakak masih balita atau batita, kontrol emosinya belum sebagus mereka yang sudah purna balita. 

Maka tidak mengherankan jika si kakak kecil ini cenderung lebih reaktif untuk meletupkan emosinya. Dia tak segan memukul atau melempari dengan barang ketika adiknya mengambil mainannya. Mungkin juga tanpa sebab apapun tiba-tiba dia mencubit adiknya, atau bahkan jorokin adiknya saat belajar berdiri. Dia bertingkah seperti ini karena menganggap adiknya sebagai saingan bahkan ancaman karena ibunya lebih sering berkutat dengan adiknya ketimbang dirinya.

Kalau ditanya sayang adiknya nggak? Oh, jelas sayang. Coba saja ada orang lain yang ngajakin adiknya, pasti dia bakalan melarang keras. Kalau nekat, dia bisa nangis kenceng.

Lalu apa betul, kakak yang bisa perhatian dengan adiknya memang bawaan dari sononya? Ah, semua pasti ada hukum sebab akibatnya, Bunda. Pada kenyataannya, banyak ibu yang abai untuk menyiapkan mereka ini menjadi kakak yang baik bagi adiknya. Mungkin karena kurangnya ilmu, kesibukan, atau karena dia sendiri sudah terlampau stress setelah sebelumnya melahirkan lalu merawat anak-anak batitanya.

Nah, untuk itulah saya bagikan beberapa kiat agar si kakak tidak cemburu dengan adiknya. Kiat yang saya bagikan ini juga senada dari beberapa sumber yang saya baca. 

Pertama, tunjukkan jika ibu tetap menyayanginya. 

Saya jadi ingat bagaimana reaksi anak saya ketika ia menemui bundanya setelah beberapa jam sebelumnya melahirkan. Dia menatap saya asing.  Ada rasa ketakutan saat saya memintanya mendekati bundanya. Saat saya menasihati dia di lain hari, sungguh saya dibuat terhenyak dengan reaksinya. Mimik mukanya seolah berbicara, "Bunda marahin aku berarti bunda nggak sayang sama aku lagi." Ini tentu tidak seperti dia sebelumnya, yang akan ketawa jika bundanya memarahinya karena mengira bundanya tidak serius. Padahal, saya hanya menasihati, dengan intonasi yang sengaja saya buat halus, tapi reaksinya malah seperti ini.

Dari sinilah, saya berkeyakinan, hal pertama dan utama yang harus kita lakukan adalah menunjukkan kasih sayang. Tunjukkan jika ibu tetap menyayanginya. Ini dimulai sejak adiknya masih di dalam kandungan. Katakan jika kasih sayang ibu tidak akan berubah, meski nanti adiknya lahir. Kebiasaan ini makin terus dilakukan ketika adiknya sudah lahir. Sering-seringlah memeluk, mencium pipi atau mengelus rambutnya sebagai bentuk jika ibu masih menyayanginya. 

Agar kakaknya tidak merasa terabaikan, di saat menyusui, mintalah kakaknya tiduran di samping adiknya. Sambil menyusui, sambil mengelus-ngelus tangan kakaknya. Selain menunjukkan kasih sayang, ini juga akan lebih mendekatkan si kakak dengan adiknya.

Kedua, siapkan dia menjadi seorang kakak seawal mungkin. 

Kenapa harus seawal mungkin? Ini penting karena jika terlambat, dia akan menjadi seorang kakak 'karbitan'. Banyak ibu mengabaikan ini karena dinilai toh masih di dalam kandungan. Padahal mumpung adiknya belum lahir adalah momen yang tepat untuk menyiapkannya menjadi seorang kakak yang baik bagi adiknya.

Beritahu dia ketika ibu tahu tengah mengandung lagi. Mulailah mengubah panggilannya dengan sebutan 'kakak'. Saya pribadi menerapkan dua pilihan. Jika dia bersama dengan adiknya, saya akan menyebutnya 'kakak', di luar itu saya memilih memanggil dengan namanya agar ia menjadi dirinya sendiri. 

Munculkan kedekatan dengan si adik, pun masih di dalam kandungan. Misalnya, mengajak adiknya ngobrol sambil mengelus perut ibu.

Ketiga, libatkan si kakak saat ibu mengurusi adiknya.

Dengan melibatkan si kakak saat bundanya sibuk mengurusi adik akan membuat si kakak merasa tidak diabaikan. Bahkan dia akan merasa bangga kala bundanya memujinya ketika dia ikut bantuin ambilin bedak, minyak telon dan sebagainya. Anak saya sangat menikmati kegiatan membantu bundanya mengurusi adiknya, selayaknya dia bermain-main. Bahkan dia tanpa diminta, ikut bantu ngelipat celana adiknya, naruh ke lemari, walaupun hasilnya nggak rapi tapi saya usahakan untuk memujinya agar kerja kerasnya dihargai.

Keempat, alihkan kelekatan pada ayahnya.

Karena umur si kakak yang masih batita, kelekatan dengan bundanya jelas masih sangat lengket sekali. Terlebih ketika adiknya sudah lahir. Mungkin dia yang sebelumnya sudah bisa makan sendiri, ketika adiknya lahir, bisa jadi dia akan ngambek kalau nggak dilayani bundanya. Bahkan, apa-apa harus bersama bundanya. Ini wajar, Bunda. Dia hanya merasa takut jika posisinya terancam dari 'tempat' bundanya.

Ini pula yang terjadi pada anak saya ketika adiknya baru lahir. Dia mau mandi kalau dimandiin bunda. Mau makan harus sama bunda. Sama ayah atau sama Uti-nya nggak mau. Repot kan kalau terus begini? Maka, penting juga mengalihkan kelekatan pada ayahnya, terutama saat ayahnya ada di rumah.

Alhamdulillah dengan menerapkan ketiga langkah di atas ternyata amat membantu untuk poin yang keempat ini. Mengapa kakak sampai cemburu? Ya, karena dia takut jika bundanya tidak sayang lagi dengannya. Maka, menurut hemat saya, menunjukkan kasih sayang adalah hal yang paling dasar untuk mengikis cemburunya kakak pada adiknya. Kasih sayang tidak harus dengan memberinya hadiah. Dengan pelukan, kecupan atau memberinya pujian sesungguhnya itulah yang amat dia nantikan.

Jika dia tidak meragukan kasih sayang ibu padanya, insyaAllah ke depannya akan berjalan lebih mudah. Si kakak tidak akan meragukan kasih sayang ibu padanya. Rasa cemburunya akan bisa diredam. Dan yang pasti, dia akan tumbuh menjadi kakak yang sayang kepada adiknya. 

*sebagai tambahan, ibu bisa baca referensi lainnya disini : Ayahbunda, Parenting, dan Tabloid Nakita
Categories: ,

2 komentar:

  1. Mbaaa.. Anak saya juga gitu. Saya sudah sematkan panggilan "Mas" sejak adiknya masih dlm kandungan. Alhamdulillah si dia sayang bgt sama adiknya. Meskipun terkadang, saat nggak mood atau saat hatinya kesal, adiknya yg jadi pelampiasan. Tapi ngga sering koq..hehe.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi...ya, namanya masih anak-anak, mbak... :) kalo saya, ya alhamdulillah gak pernah nakalin adiknya, paling kalo ngantuk atau bangun tidur kakaknya rewel, pdhl adiknya juga nangis :D

      Hapus

Mohon maaf komentarnya saya moderasi. Hanya untuk memastikan ada komentar dan komentarnya sopan. Terima kasih. :)

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!