Pages - Menu

Sabtu, 28 Mei 2016

Smartphone, Mengubah Saya dari Emak Kucel Jadi Emak "Ajaib"


Saya jelas bukan seorang emak hebat. Coba deh, saya disuruh buat kapal-kapalan atau orang-orangan dari kertas, saya pasti akan angkat dua tangan. Nyerah! Betapapun ada yang ngajarin, bukannya bisa, malah tambah bingung sendiri. Bagi mereka mungkin simple, tapi buat saya itu susah sekali. Serius. Hihihi.

Saya di dunia nyata juga hanya emak biasa yang sehari-hari bersama anak-anak di rumah, jarang bepergian,  apalagi ngeksis di luar. Jika melihat tampilan saya di rumah, jelas saya bukan seorang emak fashionista. Mungkin malah, kebalikannya. Karena hanya di rumah, saya biasa menggunakan baju gamis sederhana yang terpolusi bau ASI, bau kompor, bahkan bau ompol. Ya, beginilah saya di balik layar dunia maya.

saya dan smarphone


Lalu bagaimana dengan saya saat menjelajah dunia maya? Oh, jelas sangat berbeda sekali. Saya, seorang emak kucel ini berasa jadi emak "ajaib" ala tokoh kartun favorit yang sekilat berubah dengan kekuatan magic mereka. Jika Doraemon punya kantong ajaib, saya punya smartphone yang mengubah saya jadi emak "ajaib". Saya sengaja memberi tanda kutip pada kata "ajaib" agar para emak tidak salah arti. Ajaib yang saya maksud tentu hanyalah ajaib-ajaiban saja, alias tidak betul-betul ajaib. Heuheu.

Ya, ini semua karena HP android, saya seolah menjadi emak "ajaib" yang bisa berubah menjadi ini dan itu, jauh dari latar belakang saya yang merupakan lulusan dari Fakultas Pertanian. Lima petunjuk ini setidaknya jadi bukti kalau saya seketika akan berubah jadi emak "ajaib".

Bukti pertama : seolah jadi seorang psikolog, nutrisionis hingga praktisi kesehatan!


Apa persepsi orang ketika saya menulis artikel tentang kakak cemburu pada adik atau menjadi orangtua jujur dan amanah bagi si kecil? Mungkin dikiranya saya dari jurusan Psikologi karena saya menulis berdasarkan pengalaman pribadi tanpa copy paste

Atau ketika saya update status tentang mie instan yang katanya mengandung pengawet dan juga lilin di media sosial. Saya berusaha mendobrak isu yang terlanjur ditelan mentah oleh masyarakat ini dengan memuat bagaimana proses mie instan dibuat dengan mencantumkan sumber yang jelas. Saya tidak menduga ketika saya posting ini ternyata banyak teman Facebook yang melayangkan pertanyaan ke saya. Dari mie instan merk apa hingga pada pertanyaan seputar kesehatan seperti gangguan pencernaan, alhamdulillah bisa saya jawab dengan maksimal. 

Saya pun harus berulangkali mengatakan bahwa makan mie instan itu aman asal tidak berlebihan (kalau saran dokter sih, maksimal satu saja karena kandungan natriumnya tinggi) dan harus melengkapinya dengan tambahan protein dan juga sayuran karena kandungan gizi dalam mie instan itu belum cukup memenuhi kebutuhan gizi harian. Sepintas mungkin saya seperti seorang nutrisionis bukan?

Saya memang suka baca, tapi kelemahan saya adalah gampang lupa dengan nama atau istilah tertentu. Akan jadi cobaan bagi saya kalau saya nekat posting tentang minuman teh atau kopi yang tidak disarankan untuk diminum saat sahur karena merupakan jenis minuman diuretik, begitu kata portal online ternama. Sementara selepas nyetatus, ada banyak Facebooker kritis yang siap membantai saya dengan argumen semisal, "Loh, saya cuman minum air putih banyak saja kok masih sering buang air kecil?" 

Dijamin garuk-garuk jilbab dong ya. Bingung euy! Hihihi. Untungnya saya terselamatkan dengan adanya smartphone

Sebetulnya saya sudah punya bekal ilmu tentang minuman diuretik ini sebelumnya. Karena saya ini pelupa, saya harus minta bantuan mbah google untuk mengumpulkan informasi yang lebih solid dan akurat. Saya hanya tinggal menulis kata kunci yang masih saya ingat. Lalu cari artikel yang pernah saya baca atau terkadang menemukan artikel lain sebagai tambahan referensi untuk lebih memperkuat. 

Hasilnya? Ya, saya seolah seperti seorang psikolog, nutrisionis bahkan praktisi kesehatan, walaupun aslinya hanya KW 11. Hahaha. Pun begitu saya bukan pemberi informasi tanpa dasar sumber yang jelas dan asal comot doang, apalagi dari link abal-abal. Saya berusaha maksimal untuk memberikan jawaban yang jelas kepada mereka, dengan pengetahuan yang saya miliki karena hobi membaca. 

Bukti kedua : serasa jadi seorang manajer keuangan di perusahaan!


Sebagai emak erte, saya memegang peran menjadi manajer keuangan keluarga. Dalam menjalankannya saya tidak ingin asal-asalan. Berbahagialah saya yang dari jurusan IPA dan sangat tidak menyukai pelajaran Akuntansi ini terbantu dengan adanya aplikasi keuangan di HP. Sekarang, banyak aplikasi semacam ini yang bisa kita download cepat atau nyari ke Play Store.

Ini aplikasi keuangan yang membuat emak erte macam saya serasa jadi manajer keuangan di perusahaan.

Dari aplikasi tersebut saya bisa membuat laporan keuangan per hari. Karena saya sibuk merawat si kecil yang masih bayi, terkadang saya tidak sempat lagi untuk membuat perencanaan keuangan dengan sangat matang. Tapi setidaknya dengan HP android ini lebih memudahkan saya untuk mengontrolkan pengeluaran. Minimal saya masih sempat untuk merencanakan tabungan harian untuk anak buat biaya sekolah besok, inilah yang utama. Selain itu, saya usahakan agar uang pengeluaran tidak mendekati pemasukan sehingga saya bisa menabung untuk dana masa depan atau bila sewaktu-waktu dibutuhkan dalam keadaan tak terduga (sakit misalnya, dan harus dirawat di rumah sakit), saya tidak akan gelagapan karena bingung harus nyari duit dari mana.

Bukti ketiga : bak reporter atau bahkan seorang detektif!


Pernah satu ketika, di pagi-pagi buta, hujan abu turun menyelimuti daerah Sragen, tempat saya tinggal. Para tetangga ramai beradu argumen. Mereka mulai menduga-duga, abu tersebut berasal dari mana. 

"Ini pasti gunung Merapi meletus," ujar salah satu tetangga.

"Masa' Merapi? Jangan-jangan gunung Lawu aktif lagi," timpal tetangga lain dengan dugaan yang makin membuat panik karena gunung Lawu lebih dekat dengan tempat kami.

Mengobati rasa penasaran mereka, saya langsung ambil HP. Search di Twitter. Saya lihat judul time line beberapa portal online. Ketemu! Gunung Kelud-lah yang meletus hingga angin menerbangkan abunya ke wilayah kami. Begitu tahu berita ini, saya langsung kabarkan kepada mereka. Bak seorang reporter bukan? Ini pula yang akan saya lakukan saat rumah kami tiba-tiba bergerak pelan, sementara para tetangga sudah heboh berlarian keluar rumah dengan diliputi banyak pertanyaan, "Daerah manakah yang gempa?"

Selain jadi reporter berita KW 15, saya juga terkadang jadi seorang emak erte yang kepo dengan sebuah kasus pelik semacam pembunuhan yang tersangkanya sulit terendus polisi atau sudah ditetapkan tapi bagi saya serasa janggal. Seperti kasus Akseyna, mahasiswa UI yang ditemukan mengambang di danau Kenanga UI, Maret tahun lalu. Kasusnya yang begitu misterius ini membuat saya, penyuka cerita detektif, terus mengikuti kasus ini sampai sekarang, terutama dengan mengandalkan tanya pada mbah google.

Untuk melampiaskan unek-unek saya tentang kasus pembunuhan yang semula diduga bunuh diri ini, saya biasa menuliskannya lewat media sosial. Saya nekat menganalisis kasus ini bak seorang detektif, meski kelasnya baru sebatas kacangan. Hahaha. 

Begitu halnya dengan kasus Mirna, Sisca Yofi hingga kasus Feby Kurnia, mahasiswi UGM yang bagi saya masih agak janggal meski sudah ditentukan tersangkanya. Saya hanya penasaran saja dengan kasus tersebut. Pun begitu, bukan wewenang saya untuk menilai kinerja polisi. Kebenarannya seperti apa? Wallahu'alam.

Bak seorang detektif, emak erte kayak saya nekat juga mengulas kasus pembunuhan di media sosial.

Sepintas mungkin saya sok jadi detektif. Analisis saya bisa jadi dinilai masuk akal. Tapi tahukah? Bukan karena saya yang pintar, tapi smartphone-lah yang membuat saya begini. Karena pada kenyataannya, saya juga kepoin TL-nya akun-akun yang berusaha mengupas kasus-kasus ini. Hihihi.

Bukti keempat : mendadak Ustadzah!


Pernah ada teman berdecak kagum dengan saya karena saya bisa mencantumkan hadits shahih dalam tulisan saya. Katanya, "Wah, kamu ini bisa hafal isinya hadits-hadits shahih?"

Lah? Padahal, saya hanya ngetik kata kunci yang saya ingat lalu klik di file chm yang berisi kumpulan brosur-brosur kajian yang membahas tentang bab tertentu, lengkap dengan rujukan ayat dan hadits shahih. Misalnya, saya hendak mencari hadits yang memuat tentang orangtua yang tidak boleh berbohong meskipun pada anak kecil. Saya hanya mengetik kata kunci "kejujuran", beberapa file bermunculan, kemudian saya klik satu per satu, dicari hadits yang senada dengan yang saya cari. Tak butuh waktu lama, hadits-nya sudah ketemu, tinggal copy paste. Pun hanya dengan ayat Al-qur'an.

Tentu saya bisa cepat mencari di HP karena memang sudah saya pelajari sebelumnya. Saya tinggal mengetik kata kuncinya saja. Klik, ketemu! Mudah, bukan? Serasa saya jadi ustadzah dadakan, padahal saya hanyalah seorang emak erte biasa yang selalu mengkaji ilmu.

Bukti kelima : menjelma layaknya pelajar yang meraih prestasi.


Sejak saya punya smartphone, saya baru tahu ada info lomba menulis, blog competition atau giveaway yang berseliweran di dunia maya. Sebelumnya, entah karena jadulnya HP saya atau apa, saya tidak pernah sekalipun tahu ada event-event seperti ini lho! Padahal HP jadul saya juga bisa buat online, meski hanya GPRS. Saya tahu info lomba juga dari Facebook atau Twitter. Aneh kan? Hihihi.

Karena punya smartphone, saya jadi sering ikut lomba beginian. Apalagi sekarang bisa nulis sambil nyusuin, jadi lebih cepat selesainya. Kalau dulu harus nulis di laptop, agak repot karena nggak bisa nulis sambil disambi ASI-in. 

Ngikutin event semacam ini rasanya kita dikembalikan pada masa sekolah dulu. Saat akan ujian, kita dibuat kelabakan karena sistem belajarnya SKS alias sistem kebut semalam. Kita makin panik saat teman-teman yang lain kelihatan menguasai bab yang akan diujikan. 

Ketika ujian berlangsung, tengok kanan kiri, semua pada kelihatan pintar mengerjakan soal. Alhasil, makin khawatirlah kita. Di sisi lain kita juga bermimpi mendapat ranking tiga besar atau paling tidak sepuluh besar karena kita masuk kelas favorit.

Saat penerimaan rapor, kita dibuat deg-deg-an. Apa kita masuk tiga besar, lima besar atau sepuluh besar? Atau malah, tidak sama sekali?

Begitu halnya saat kita mengikuti kompetisi blog atau giveaway. Kalau kita coba bijak menyikapi, andai kita bukan pemenang sekalipun, sesungguhnya kita sudah masuk dalam barisan pejuang. Ya, karena kita sudah berjuang maksimal mengerahkan potensi yang kita miliki.

Andai kalah, ambil positifnya. Kita makin terasah kemampuan menulis, berbagi manfaat sekalian nambah postingan blog, termotivasi untuk terus belajar, kenal dengan blogger lain yang ngikutin kompetisi, pengunjung blog makin banyak dan sebagainya.

Walau kita jelas mupeng juga dengan hadiahnya. Apalagi giveaway kolaborasi Eliska Shop dan IDCopy ini hadiahnya bikin blogger pada kepingin ikutan. Hadiah pertama saja smartphone ASUS Zenfone Go ZC451TG. Siapa yang nggak mupeng? Ada tambahan dompet impor lagi. Jujur ya, saya saat ini nggak punya dompet. Kalau nyimpan SIM, KTP, ATM nebeng di dompet suami. Secara saya memang nggak kemana-mana. Kalau bawa uang, paling cuman dikantongin doang pas lagi ke pasar. Hahaha, kok saya malah curcol gini?

Yang pasti, jangan jadikan hadiah sebagai alasan utama. Menjadi pemenang itu prestasi. Dan hadiah hanyalah bonus dari prestasi yang kita raih. Bangga rasanya, kita yang sudah emak erte ini terus mengukir prestasi meski ranahnya dalam sebuah kompetisi blog atau bahkan giveaway.

Nah, inilah lima bukti yang menunjukkan saya yang seorang emak erte kucel ini bisa mendadak jadi emak "ajaib" karena bantuan smartphone. FYI ya, Mak. Saya bisa beli smartphone dari mengumpulkan uang sepuluh ribu per hari di celengan.

Buat mereka, untuk beli HP android seharga satu jutaan amatlah mudah. Tapi bagi saya, jelas saya harus memikirkan kebutuhan lain yang dinilai lebih prioritas. Makanya, biar ringan, saya harus sabar untuk disiplin nyelengin selama beberapa bulan. Inilah mengapa saya harus memanfaatkan HP ini dengan sebaik-baiknya, dengan sesuatu yang mengandung manfaat, dan memangkas hal yang sia-sia apalagi yang maksiat. Semoga bermanfaat.


"Lomba ini diselenggarakan oleh IDCopy.net dan Eliska.id"

*alhamdulillah artikel ini nyempil juga di juara favorit :)

16 komentar:

  1. Ada-ada saja kamu, ndon... Tapi emang dikau pinter...iki aku ojo disawuri pasir... :D

    BalasHapus
  2. kereeen idenya, saya bingung dikasih tema ini mbak, menggunakan teknologi sih, tapi gaya saya masih begini-begini aja hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, kalau mbak Evrina mah udah keren sekali. Kerennya lagi, mbak selalu merendah dan nggak jumawa. Hihihi... Makasih komennya, mbak... :)

      Hapus
  3. Mak ajib, memang keren. Sebenarnya hal sekecil apapun bisa dicapai jika ada kemauan dan terus berusaha.

    BalasHapus
  4. amazing emak satu ini, saya baru tau ada aplikasi itungan2 pengeluaran :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi...mungkin karena saya ini emak perhitungan, mbak...makanya hampir semua hp yg saya punya, entah jadul sekalipun, ada aplikasi keuangannya. :D

      Kalau hp jadul saya dulu malah ada kolom buat anggaran per pos kebutuhan, mbak... Saya nyari-nyari di play store belum ketemu juga yang mirip dengan yang ada di hp bawaan dulu. :D

      Makasih komennya ya... :)

      Hapus
  5. Subhanallah, 10ribu perhari mak. Dikau amazing, keren, dan layak dicontoh. Saya juga gak bisa langsung beli hengpon yg jeti2an itu, nunggu kucuran dana dari nulis dulu or suami, proses nabungnya itu yg angkat jempol *angkat topi gak punya, angkat jilbab.gak boleh* hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi..iya, mbak... Saya memang sdh terbiasa, beli barang yang nilainya gede (menurut saya) harus direncanakan dulu. Kayak hp suami dulu juga saya yang belain nyelengin. Beli kulkas juga gitu.

      Ya, maklum. Kami blm jadi orang yang punya pendapatam gede, jadi harus nyelengin sedikit2 namun terencana dan disiplin :)

      Hapus
  6. Smartphone benar2 membuat kita jadi pintar ya mba :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harapannya, mbak... Kalo saya pribadi masih kurang banget. Tapi setidaknya memfasilitasi untuk kita makin pintar :)

      Hapus
  7. Kalau digunakan dengan positif, manfaatnya sungguh luar biasa :)

    BalasHapus
  8. bukti keempat! saya juga pernah ada yang komen di blog, saya dikira ustadzah karena membahas tentang ekonomi islam padahal mah karena sering denger2 video di youtube sama kuliahnya kebetulan bidang itu, hehe. Salam kenal :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, iya kan, mbak... Hihi. Salam kenal juga. :)

      Hapus
  9. Selagi kita mau menggunakannya dengan positif pasti banyak manfaat yang di dapat :)
    salam kenal :)
    di tunggu bertamunya, kunjungan perdana nih bu ,, he

    BalasHapus

Mohon maaf komentarnya saya moderasi. Hanya untuk memastikan ada komentar dan komentarnya sopan. Terima kasih. :)