Ya, ini yang harus diketahui dan dipahami oleh kita semua. Setiap anak terlahir dengan keunikan masing-masing termasuk tumbuh kembang tiap anak akan berbeda satu sama lain. Hanya sayang, terkadang orang selalu membandingkan kemampuan anak satu dengan yang lainnya.
"Loh, anakku saja sebelas bulan udah jalan, kok anakmu rambatan saja belum bisa?"
"Anakku aja setahun udah pinter ngomong, kok anakmu cuman panggil Mama aja belum bisa?"
Begitulah ketika mereka yang selalu membandingkan, seolah semua anak harus sama dengan anaknya. Ini pula yang sering saya alami. Betapapun keadaan anak saya, nyatanya juga tak luput dari "dibanding-bandingkan" dengan anak yang lain. Saya yakin, para bunda yang lain juga begitu. Iya, kan? Iya, kan? :D
Ya, saat anak pertama saya dulu, dia sebetulnya perkembangan motorik kasarnya terbilang cepat. Belum 3 bulan sudah tengkurap, tujuh setengah bulan sudah merangkak dan 11 bulan sudah jalan. Tapi kemampuan bicaranya yang sedikit lebih lambat. Ngecuis sih iya banget, tapi bahasanya pakai bahasa planet. Hahaha.
"Kok dia belum bisa ngomong sih? Cucuku saja sudah pintar ngomong," ada simbah yang berkomentar seperti ini. Padahal bedanya setahun lebih tua ketimbang anak saya lho. Hihihi. Ya, karena tingginya sepadan makanya dikira seumuran. :D
Nah, pas anak kedua saya ini kebalikannya. Perkembangan motorik kasarnya lebih lambat ketimbang kemampuan bicaranya.
Di usia 8 bulan, dia pernah dapat pertanyaan begini, "Udah bisa merangkak ya?"
"Belum. Dia baru ndlosor-ndlosor (melata)," jawab saya santai.
"Loh, 8 bulan masa' belum merangkak?" tanyanya aneh lengkap dengan tawa yang terlihat meremehkan. Hihihi.
Pas lebaran kemarin, anak kedua saya juga dibandingkan dengan keponakan seumuran yang hanya beda 10 hari lebih tua ketimbang anak saya. Dia sudah minta ditetah kesana kemari tak mau berhenti. Sementara anak saya, 10 bulan baru bisa melata dan duduk saja. Hahaha.
Baca juga : Lebaran Datang, Serbuan Pertanyaan Menghadang
"Padahal seumuran kan ya? Apa nggak dibiarin di lantai gitu biar dia merangkak sendiri?"
Iya. Saya malah membiarkan dia bermain di lantai. Sudah distimulus agar dia mau merangkak. Tapi dia tetap keukeuh: pilih melata saja! Itung-itung latihan militer. Hahaha. Dan sampai sekarang pun, usia 11m16d masih melata juga. Dia bisa berdiri sambil berpegangan saja masih dalam pantauan karena belum kuat benar pegangannya.
Apa saya risau soal ini? Baper karena kata-kata mereka? Hihihi, itu manusiawi ya. Sedikit mungkin iya. Wajarlah, naluri ibu. Tapi untungnya hanya bertahan sementara. Ya, nggak ada pentingnya juga kita tersinggung dengan kata-kata mereka yang asal keluar saja. Nah, biar tidak baper, ini sedikit tips dari saya.
1. Positive thingking
Boleh jadi mereka hanya nanya biasa, tapi kita terlalu bereaksi lebih. Seolah itu menyinggung hati kita, padahal cuman nanya. Jadi tetap berpikir positif sajalah.
2. Curhat dengan suami
Tempat curhat paling asyik ya suami kita. Saya biasa menjadikan guyonan kalau anak-anak saya dibanding-bandingkan orang. Suami sih nyantai, jadi saya ya tenang saja.
3. Sharing dengan teman-teman yang memahami kita
Saya biasa sharing dengan mahmud-mahmud yang mampu memahami perbedaan termasuk soal tumbuh kembang si kecil. Curhat dengan mereka lebih asyik.
4. Tetap memantau perkembangan si kecil
Meski sedikit lebih lambat ketimbang lainnya, ada baiknya kita harus terus memantau tumbuh kembang anak. Sekarang IDAI sudah meluncurkan aplikasi untuk memantau tumbuh kembang anak kan ya? Hanya sayangnya, kemarin saya download, aplikasinya nggak mau dibuka. Mungkin sistemnya belum fit benar kali ya, jadinya ngambek. :p
Selain itu, kita juga bisa baca buku tentang tumbuh kembang anak atau nyari referensi dari sumber yang jelas lewat mbah google. Dengan pembekalan pengetahuan ini, setidaknya kita bisa tenang karena tahu bahwa tumbuh kembang anak kita masih dalam kewajaran. Hanya sedikit lebih lambat saja jika dibanding dengan anak lainnya, tapi bukan berarti terlambat. :)